Rabu, 30 Juni 2010

sepucuk rindu kematian

malam ini lumayan menyayat semua rona tulang rusukku, hahaaaa , hanya ucapan itu yang terlontar dari kedua bibir jontroku, lalu sedikit meraung kesal, sang kaka hanya tersenyum sinis melihat tingkah bodohku ini. Tenanglah kakakku sayang, akan aku penuhi deadline itu, tinggal waktu yang akan mengakhiri semuanya . 

'Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai'

pepatah klasik kuno yang singkat namun menyayat . hobaaa

aku menarik nafas, sembari mengingat ulang semua tingkah majemuk yang tak berarah ini, argghhh, semangatku kian menggebu untuk meludahi semua tanaman buta itu. Tapi keyakinan terdalam selalu mengahalangi niat picikku ini.

Tuhan .. tak bosankah Engkau mendengar jeritan munafikku ini ?? Jika tak bosan, kembalikkan semua senyum tuluskku itu, tapi jika Engkau hendak memberikku cobaan, yaa, berikanlah, semoga kemampuan dan kekuatan yang Engkau beri mampu membalut ribuan luka tersayat ini . 

Sudah terlalu banyak pusaran keringat yang harus aku usap, dan sudah habis aku pakai gelembung-gelembung kebahagiaan itu, aku hanya duduk termenung menahan rasa haru yang sebenarnya tak aku punya . hahhaaaa . kacau kau cha ..

Kematian ? apa itu akhir dari segalanya ? menurut pikiran gilakku itu bukan akhir dari segalanya, mungkin awal dari kehidupan dan pertanggung jawaban dari semua sikap bodohku didunia ini, lalu malaikat akan menanyakan semua yang aku lakukan, arrgghhh, sudahlah, tak pantas aku menceritakan kematian terlalu dalam, karena hanya orang-orang pintar dan terpuji yang mengerti benar apa arti dari kematian, aku hanya bisa mendefinisikan dari sisi otak kasarku . hahahaa

Tapi malam ini, aku begitu merindukannya, aku merindukkan kematian itu, 

cukup .

aku tak ingin selalu merindukkan kematian ..

salam damai untuk semua penghuni alam kematian ..

hobbaaaaa

tirai kecamuk

Riksa Rosa Gumilan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar